PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU

Menarik untuk diketahui :
·         Dalam pengendalian tikus, yang terpenting bukan jumlah tikus yang terbunuh, tetapi yang perlu diwaspadai adalah jumlah tikus yang masih hidup
·         Pemantauan keberadaan dan aktifitas tikus sangat penting, agar pengendalian efektif
·         Pada daerah yg tidak dijumpai populasi tikus bukan berarti aman, tetapi masih ada ancaman tikus dari daerah lain (tikus migrasi)
·         Tikus sawah merupakan hewan yang sukses beradaptasi dg lingkungan

 
1.      Karakteristik Biologis
Ragam spesies tikus sbg hama
Spesies Tikus
Nama Umum
Status Hama
Rattus argentiventer
Tikus sawah
Padi,Palawija, Tebu
Rattus exulans
Tikus ladang
Padi gogo, Palawija
Rattus tiomanicus
Tikus pohon,Tikus hutan
Kelapa sawit
Mus caroli
Mencit sawah
Padi, Palawija
Rattus rattus diardi
Tikus rumah
Bahan pangan, Urban pest


PERILAKU TIKUS SAWAH
·         Aktifitas harian :
-           Merupakan hewan nocturnal
-           Malam hari mengeksploitasi sumber air, pakan, tmpt berlindung, mengenali pasangan
-          Siang hari bersembunyi
-          Pada saat ada makanan jelajah 30 – 200m, pd saat tdk ada mknan 700 – 1000 m

·         Pakan dan Perilaku Makan
-          Kebutuhan pakan 10-15 % bobot badan
-          Periode bera hingga persiapan tanam : rerumputan, endosperm dan lain2
-          Vegetatif : pakan beragam
-          Generatif : endosperm,arthopoda, tanaman lain

·         Perilaku Reproduksi
-          Masa bera dan vegetative : tidak aktif reproduksi
-          Generatif : aktif reproduksi, betina dikuasai oleh jantan dominan

·         Perilaku Bersarang
-          Membuat lubang di tanah
-          Pada saat bera panjang hidup di habitat pelarian miss: semak, pekarangan, rumah
-          Pada saat padi stadia vegetative lubang aktif masih dangkal da sederhana
-          Pada generative dalam daan komplek, ditempati betina dan anaknya, jantan di petak lahan

·         Perilaku Sosial
-          Pada saat populsi rendah wilayah dikuasai jantan dominan
-          Pada saat populasi tinggi jantan yg kalah kompetisi membentuk kelompok baru, shg penyebaran tikus sangat meluas
KEMAMPUAN INDERA TIKUS SAWAH
·         Penglihatan
-          Beradaptasi untuk aktifitas malam hari, buta warna
-          Mampu mengenali pada jarak 10 – 15 m
-          Pada keadaan gelap total dibantu indera peraba, pencium da perasa

·         Pendengaran
-          Memiliki dua puncak tanggap akustik yaitu suara yang dapat didengar manusia 20Hz-20KHz, dan ultrasonic >20KHz

·         Penciuman
-          Berkembang sangat baik, dengan mengendus mampu mengenali pakan, sesame tikus, predator, serta sekresi genitalia betina dan jejak pergerakan.

·         Perasa
-          Tikus mampu memilah pakan yang aman dan menolak pakan yg tidak disukai

·         Peraba
-          Berupa vibrissae dan kumis, digunakan untuk menentukan arah dan ada/tidaknya rintangan
KEMAMPUAN FISIK TIKUS SAWAH
·         Mengerat (gnawing)
-          Aktifitas mengerat untuk mengurangi laju pertumbuhan gigi seri
-          Akibat mengerat kerusakan tanaman padi 5 kali lipat disbanding akibat makan

·         Menggali (digging)
-          Mempunyai kemampuan menggali dengan baik menggunakan tungkai depan untuk membuat sarang

·         Kemampuan fisik lainnya
-          Mampu berlari, melompat dan meloncat dengan baik
-          Mampu memanjat benda yang permukaannya relative kasar
-          Mampu berenang dan menyelam dengan baik
KEMAMPUAN BELAJAR
-          Otak berkembang dengan sempurna sehingga mampu belajar dan mengingat
-          Mampu berkomunikasi melalui suara dan air seni dan feromon
-          Curiga terhadap benda yang baru
-          Jera umpan dan racun
-          Selalu membuat pintu darurat untuk meloloskan diri dan induknya menutup lubang sarang bila diempos.

KARAKTER EKOLOGI TIKUS SAWAH
Dinamika populasi tikus dipengaruhi factor biotik (pakan, kompetisi, predasi, kanibalisme, migrasi dan perkembang biakan) dan abiotik (habitat, sumber air, iklim dan pengendalian)
Puncak populasi terjadi beberapa saat setelah bera pascapanen yang merupakan hasil reproduksi pada stadia generative sebelumnya
Pada pola tanam padi-padi-bera, terjadi  dua puncak populasi, shg tanpa pengendalian, populasi pd awal MT2 sangat tinggi dan menjadi ancaman yang serius
Pada pola tanam serempak, komposisi umur tikus relative seragam, sedangkan pada pola tanam tidak serempak komposisi umur tumpang tindih
Pada ekosistem sawah irigasi, ketika masuk awal MT1, populasi tikus didominasi dewasa yaitu tikus pelopor yang mampu bertahan selama masa bera panjang
Migrasi tikus ditandai dengan melonjaknya populasi tikus secara mendadak akibat datangnya tikus dalam jumlah besar dlm waktu singkat,  dibedakanmenjadi :
-          Migrasi musiman :
·         Berhubungan dengan ketersediaan pakan
·         Pada saat bera panjang 70% populasi tikus pindah ke habitat pelarian, 30% tetap menghuni di lingkungan sawah
·         Pada saat ada pertanaman terjadi migrasi besar-besaran habitat pelarian
-          Migrasi karena bencana alam
·         Mengungsi ke tempat yang aman sekaligus sumber pakan yang baru
·         Biasanya populasi terdiri dari dewasa yang kuat
Pengaruh iklim : menyukai daerah yang beriklim hangat dan stabil, sehingga cocok di daerah ekosistem padi sawah dataran rendah
Populasi tikus juga dikontrol oleh mekanisme predasi dan pengendalian oleh manusia
PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU
Daya rusak tikus terhadap tanaman padi
-          Pada saat pesemaian seekor tikus mampu merusak 126 – 522 bibit berumur 2 hari dalam semalam
-          Pada stadia vegetative mampu merusak 11 – 176 tunas semalam
-           Pada stadia bunting mampu merusak 24 – 246 tunas
-          Pada saat bermalai mampu merusak 1 – 35 malai semalam
Permasalahan lapangan di tingkat petani
-          Pada umumnya pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan berat (terlambat)
-          Sering terjadi ledakan populasi tikus dan tidak diantisipasi sebelumnya (monitoring lemah)
-          Petani kurang menyediakan sarana pengendalian tikus, karena menganggap hal yg “biasa”
-          Organisasi pengendalian lemah dan pelaksanaan pengendalian sporadic
-          Petani belum memahami sepenuhnya aspek dinamika populasi tikus
StrategiPHTT
-          PHTT didasarkan pada pemahaman bioekologi tikus, sedini mungkin, intensif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi pengend yg sesuai dan tepat waktu
-          Kegiatan pengendalian diprioritaskan pada awal tanam
-          Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara berkelompok dan terkoordinasi dalam cakupan skala luas

Kombinasi teknologi pengendalian tikus dengan pendekatan PHTT
Cara Pengendalian
Stadia Padi/Kondisi Lingkungan Sawah
Bera
Olah Tanah
Semai
Tanam
Bertunas
Bunting
Matang
Tanam serempak


+
+



Sanitasi habitat
+
++
+


+

Gropyokan missal
+
++
+




Fumigasi





++
++
LTBS
++
+


+
++

TBS

++
+




Rodentisida*
+







Keterangan : + = dilakukan, ++ = difokuskan, * = jika diperlukan, LTBS = Linier Trap Barrier System,         TBS = Trap Barrier System

0 komentar:

Post a Comment

Anda terbantu dengan materi ini, atau anda punya pengalaman lain tentang materi ini mari kita sering informasi dengan berkomentar di bawah ini, komentar anda merupakan guru bagi saya